Selasa, 10 November 2015

Percayalah Tuhan Itu Ada


“Beragama belum tentu mempunyai Tuhan, tetapi orang yang mempunyai Tuhan pasti mempunyai agama.”
Besok kita makan apa? Dapat duit darimana? Kapan kita dapat pekerjaan? Beberapa kalimat tanya yang simple tapi (kadang) sangat rumit untuk mendapat jawaban. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan keadaan kita esok hari atau bahkan sedetik setelahnya karena memang itu sudah menjadi rahasia Tuhan. Lantas, bagaimana kalau kita tidak percaya bahwa Tuhan itu ada? Sepertinya jika saya menanyakan pada kebanyakan orang-orang di sekitar saya pasti mereka menjawab tanpa keraguan bahwa Tuhan itu ada, begitu juga jika saya tanyakan pada rakyat Indonesia sebagian besar pasti menyetujuinya. Tetapi apakah kita benar-benar percaya bahwa kita percaya Tuhan?
Seorang yang percaya bahwa Tuhan itu ada tak akan khawatir dan ragu tentang apa yang akan terjadi esok hari. Memang benar jika kita sebagai manusia selalu diliputi oleh kekhawatiran pada sesuatu hal yang belum terjadi. Karena ini sangat manusiawi dan wajar, tapi tetaplah apa yang akan terjadi pada kita adalah rahasia Tuhan. Marilah kita mulai saat ini percaya pada Tuhan kita, serahkan semuanya padaNya. Kita hanya diperintahkan untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya serta tetap berusaha dan berdoa. Bukan kuasa kita untuk menentukan apa yang terjadi esok hari dan setelahnya. Jangan sampai melakukan hal yang merugikan diri sendiri apalagi orang lain karena keraguan dan ketidaktahuan pada apa yang akan terjadi pada kita. Karena sunggguh, itu bukan wewenang kita!

“Siapa yang ragu besok tidak bisa makan berarti menghina Tuhan”
-Sujiwotejo

Senin, 09 November 2015

Hujan Bulan November

Akhirnya hujan turun di awal bulan November 2015, setelah lebih dari lima bulan lamanya musim kemarau melanda sebagian besar Indonesia. Memang tidak ada sesuatu yang istimewa bagiku seiring dengan masuknya musim penghujan di awal bulan ini. Tapi entah kenapa ada berbagai perasaan yang aku rasakan, seperti passion, rindu, lega, khawatir, dsb. Pada akhirnya, seolah suasana syahdu yang selalu datang di hujan turun bak layaknya time machine yang sedang membawaku melintasi dimensi waktu yang rumit. Ingin rasanya kembali menikmati waktu-waktu itu tapi rasanya tidak mungkin (setidaknya untuk saat ini). Terima kasih Tuhan telah mengirimkan kami hujan ini, meski bagiku hanya sekedar sebagai mesin waktu alternatif untuk melakukan perjalanan di waktu lalu tapi hambaMu sangat yakin hujan ini sangat ditunggu-tunggu oleh saudara kami yang sedang mengalami krisis udara segar di luar sana. Semoga musim penghujan ini tak hanya membasahi tanah-tanah yang kering tapi juga hati dan pikiran yang gersang akan iman kepada Mu. Amiin.

Yogyakarta, 09 November 2015